Nilai-Nilai Pendidikan dalam Puasa Ramadhan

Disadur dari untirta.ac.id. Allah SWT, menyediakan Ramadhan sebagai madrasah bagi kaum beriman untuk memusatkan dirinya mengisi ulang (recharge) keimanan dan takwa sebagai sarana pembangunan karakter yang menjadi pusat kendali arah bagi pembangunan fisik dan sumber daya manusia muslim.

Sebagai bulan tarbiyah (pendidikan) sekurang-kurangnya ada enam nilai pendidikan yang terkandung dalam puasa ramadhan;

Pertama; puasa mengembangkan kecerdasan emosi. Sesuai hakikat puasa puasa adalah menahan diri dan menahan hawa nafsu bukan membunuh hawa nafsu, puasa mendidik manusia agar dapat melakukan pengendalian diri (self controll) dan pengaturan diri (self regulation).

Kedua; puasa mendidik kejujuran. Orang yang sedang berpuasa atas dasar imanan wahtishaban, ia tidak akan makan dan minum serta melakukan hal-hal yang membatalkan puasa betapapun tidak ada orang yang melihat dan tidak ada orang yang tahu kecuali dirinya dan Allah.

Ketiga: puasa mendorong dan mendidik manusia agar selalu belajar dalam rangka memperoleh dan meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada bulan pusa ramadhan ini terdapat peristiwa turunnya al-Quran (Nuzulul Qur’an), Alqur’an surat Al-Alaq: 1-5 sebagai ayat yang pertama kali diterima Nabi Muhammad Saw menjadi bukti agar manusia mau belajar.

Keempat, puasa mendidik kesetaraan. Dalam ibadah puasa, Islam memandang manusia memiliki kesamaan derajat. Mereka yang memiliki banyak harta, status sosial yang yang tinggi, memiliki dolar, atau yang mempunyai sedikit rupiah, atau bahkan orang yang tak memiliki sepeserpun ketika sedang berpuasa , tetap merasakan hal yang sama yaitu : lapar dan haus.

Kelima, puasa mendidik sikap disiplin. Puasa adalah ibadah paling rahasia di mata manusia, yang bisa menumbuhkan sikap disiplin diri, merasa diawasi (muraqabah) oleh Allah. Sikap ini akan memunculkan perasaan ada pengawasan diri sendiri dan saat mengawasi itu kita pun sadar bahwa kita sedang diawasi oleh Zat Yang Maha Mengetahui segala-galanya.

Keenam; puasa mendidik sabar, betapapun kita merasa haus mencekik tenggorokkan dan lapar melilit perut, ketika waktu magrib belum tiba, kita tidak diperbolehkan bersentuhan dengan makan dan minuman meskipun itu halal melainkan kita harus bersabar menunggu hingga waktu berbuka tiba.

(H. Sholeh Hidayat, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, http://www.untirta.ac.id/berita-640-artikel–nilainilai-pendidikan-dalam-puasa-ramadhan.html)

Bagikan Artikel :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on pinterest
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Support Aplikasi Menyenangkan Bagi Guru dan Siswa

Di era pandemi saat ini wabah virus covid-19 menjadikan pembelajaran tatap muka menjadi tidak relevan dampaknya para guru dipaksa untuk melakukan pembelajaran secara online. Bahkan …

Read More →

Tantangan Membaca di Era Digital

Era digital sekarang ini ternyata secara tidak sadar mengubah kegiatan yang kita kenal sebagai membaca. Tidak hanya itu, era digital juga telah mengubah pengertian membaca, cara orang …

Read More →

Minim Prestasi di Tengah Pandemi

Sudah berapa lama pandemi menguasai negeri ini. Tidak lagi ada berita prestasi siswa yang muncul di televisi, yang ada hanya artis ternama yang baru naik …

Read More →