Notice: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u589524334/domains/kpi-indonesia.org/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 36

Notice: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u589524334/domains/kpi-indonesia.org/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 36

Notice: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u589524334/domains/kpi-indonesia.org/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 36

Notice: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u589524334/domains/kpi-indonesia.org/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 36
Mengapa Sekolah Legendaris Ini Sekarang Sepi Siswanya (Bagian 1) - KPI

Mengapa Sekolah Legendaris Ini Sekarang Sepi Siswanya (Bagian 1)


Notice: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u589524334/domains/kpi-indonesia.org/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 36

Pagi hari ini, saya pulang ke daerah asal saya, Gresik. Saya sarapan di warung, yang dulu almarhum bapak saya sering ngajak saya sarapan di sana. Ada pemandangan yang berubah, dalam hati saya bertanya-tanya,”kok sepi ya, dulu di jalanan ini, banyak anak usia SD berlalu lalang, puluhan ribu tiap pagi“.

Di pinggir jalan sambil nunggu teman, Saya beranikan diri berkenalan dengan warga di situ, ternyata beliau sekretaris desa. Kami ngobrol tentang masa lalu, kondisi tahun 90 an, saat saya masih SMP. Pak sekdes yg asli kelahiran sini, menuturkan,”Sekarang siswa di sini sepi, mas. Sejak tahun 2010 sudah turun drastis karena nggak kramut, mas“. Kebetulan sebelah kami ngobrol ada anak berpakaian pramuka. Ada yg kelas 3, ada kelas 5. Saya tanya, “Berapa jumlah temanmu satu kelas?”. Mereka menjawab, “di kelasku 9 anak, pak. Kelasku 6 anak, pak“. Jawab mereka saling bersahutan.

Sambil menatap sedih ke bangunan tua sekolah yg sudah dicat agar tampak bagus. Air mata ini meleleh. Sambil bertanya, “Mengapa sekolah dg fasilitas asrama yg seharusnya bisa menerima siswa dari seluruh penjuru dunia seperti th 90 an, sekarang sepi peminatnya?“.

Saya coba mengingat kembali diskusi-diskusi di ruang kuliah doktoral pendidikan. Ada tema high performing education system. Salah satu kajiannya bagaimana sekolah bisa sustainable. Ada 4 fundamental thinking yg harus dimiliki oleh seluruh warga sekolah, khususnya ketua pembina, ketua pengurus yayasan dan pimpinan sekolah :

1. Continuous improvement
2. Innovation
3. Quality culture
4. Customer satisfaction.

Mereka bisa berfikir ini, kalau terjadi engagement yg baik, tidak konflik, merasa nyaman (comfort) dan kekeluargaan yg erat dan hangat.

(Bersambung)

Dr. Shobikhul Qisom, M.Pd
Professional Education Coach

Bagikan Artikel :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on pinterest
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Support Aplikasi Menyenangkan Bagi Guru dan Siswa

Di era pandemi saat ini wabah virus covid-19 menjadikan pembelajaran tatap muka menjadi tidak relevan dampaknya para guru dipaksa untuk melakukan pembelajaran secara online. Bahkan …

Read More →

Tantangan Membaca di Era Digital

Era digital sekarang ini ternyata secara tidak sadar mengubah kegiatan yang kita kenal sebagai membaca. Tidak hanya itu, era digital juga telah mengubah pengertian membaca, cara orang …

Read More →

Minim Prestasi di Tengah Pandemi

Sudah berapa lama pandemi menguasai negeri ini. Tidak lagi ada berita prestasi siswa yang muncul di televisi, yang ada hanya artis ternama yang baru naik …

Read More →